SERVUS DEI ET HOMINI

Minggu, 20 Mei 2012

" MISDINAR " Cikal bakal OMK ( Orang Muda Katolik ) serta harapan dan tumpuan Gereja di masa yang akan datang

Terminologi "Misdinar" berasal  Jerman, "Messdiener" yang berarti PELAYAN KUDUS; atau dalam bahasa Inggris biasa digunakan istilah "altar servers" (Pelayan altar) atau "boys and girls to service at the altar". Lalu, siapa saja yang boleh menjadi Misdinar? Syarat utama ialah mereka (anak-anak) yang sudah menerima baptis dan komuni pertama, dengan usia antara 9 -  18 tahun. **Namun, dalam situasi tertentu, tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang sudah diatas SMA, dan sejak tahun 2001 (pada tahun 2001 Tahta Suci menyampaikan bahwa setiap uskup sebagai promotor liturgi di keuskupannya memiliki wewenang untuk memberikan izin adanya misdinar putri atau putri altar), keanggotaan misdinar juga tidak tertutup bagi putri atau perempuan. Tentu pengecualian ini selalu diletakkan berdasarkan situasi di tempat pastoral. Misalnya, jangan-jangan umat merasa terganggu apabila misdinarnya seorang mahasiswi (putri altar), atau misdinar (putra Altar) malah lebih tinggi dari pastornya, atau anak laki yang memelihara jambang dan rambut gondrong (hingga umat merasa risih dan resah), dst.


01. PELAYAN ALTAR dan PELAYAN MISA
Jadi, Misdinar itu seorang pelayan, yakni pelayan Misa (Perayaan Ekaristi). Dalam prakteknya, misdinar bahkan menjadi pelayan bukan saja dalam Misa tapi juga dalam berbagai perayaan liturgi dan ibadat yang tidak selalu Misa.

02. PELAYAN GEREJA dan PELAYAN TUHAN
Sebagaimana disebutkan, menjadi Misdinar berarti menjadi anak-anak yang melayani altar. Dalam simbolik liturgi Gereja, altar itu melambangkan TUHAN YESUS KRISTUS. Pada saat Misa Kudus, Yesus Kristus hadir secara istimewa di atas altar dalam rupa roti dan anggur. Dan kita terima dalam Komuni suci. Maka, ketika menjadi Misdinar (Putra-putri Altar), sama saja kita menjadi pelayan Yesus Kristus, tepatnya Pelayan Tuhan. Sebagai orang Katolik, tentu kita tahu dan sadar bahwa Liturgi Gereja menuntut partisipasi secara penuh, sadar, dan aktif dari seluruh umatnya. Sebab, Gereja tidak menghendaki adanya one man show . Nah, sebagai misdinar, kita dituntut untuk menjalankan amanat Gereja (terlibat aktif dalam liturgi Gereja) di atas lewat peran kita sebagai Pelayan Altar. Lewat peran itu kita sudah menjadi seorang katolik yang aktif dan ikut berperan dalam berbagai tugas dan tanggungjawab Gereja.

SPIRITUALITAS PELAYANAN MISDINAR
Seorang misdinar hendaknya menyadari bahwa dirinya seorang PELAYAN. Pelayan dalam pengertian ajaran Gereja ialah: "orang yang melayani Tuhan dan umat-Nya", atau "serorang hamba Tuhan yang hidupnya diabadikan seluruhnya bagi sabdaNya dan karyaNya di tengah umat. Konsekuensinya, kalau disebut misdinar, mereka adalah pelayan Tuhan yang hidupnya mesti sesuai dengan Sabda Tuhan dan Sakramen-sakramen yang kita rayakan. Itu berarti seorang misdinar mesti rajin membaca Kitab Suci, suka mengikuti Misa Kudus entah sedang bertugas atau tidak, mengaku dosa dalam penerimaan sakramen tobat, dan pada saatnya menerima Krisma.

Dengan kata lain, seorang Misdinar  hendaknya menyadari “SIAPA DAN APA YANG DILAYANINYA?” Di atas sudah disebut bahwa kita adalah Pelayan Altar, tempat yang melambangkan kehadiran Tuhan Yesus di tengah-tengah kita. Jadi, yang pertama-tama kita layani adalah Tuhan Yesus sendiri. secara lahiriah atau kelihatan, kita melayani seorang Imam atau pastor. Tetapi pertama-tama yang dilihat adalah Yesus Kristus yang dihadirkan dalam Misa Kudus.

" MASA MUDA " adalah masa yang indah untuk melayani Tuhan

 Siapakah yang mengatur perjalanan waktu ? Kenangan masa lalu yang indah, dimana seseorang dapat merasakan :
- Belaian kasih sayang dari orangtuanya
- Teman bermain yang menyenangkan
- Lingkungan yang ramah .
Masa-masa indah yang demikian dapat menggairahkan semangat hidup orang tersebut hingga dihari tuanya. Anak yang sudah mendapatkan pendidikan pengenalan tentang kebesaran Allah ditengah-tengah keluarga, tidak mudah putus asa, ketika diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Dengan memiliki iman percaya yang teguh kepada Allah, kebenarannya sudah teruji. Daniel dengan kawan-kawannya, yang selalu tekun berdoa dan berpuasa tercatat "sepuluh kali lebih cerdas" dari semua orang berilmu dan ahli jampi yang ada disekitarnya (Dan 1 .20). Demikian halnya dengan Yesus, yang selalu taat kepada Bapa surgawinya, dan secara teratur mengunjungi Bait Allah, dalam usia 12 tahun kecerdasannya sudah membuat "alim ulama dan orang-orang disekitarnya" sangat heran (Luk 2:47) Menghabiskan masa-muda dengan menikmati apa saja yang diinginkan hatinya akan menyeret orang tersebut kelembah yang dalam yang tidak bisa diselamatkan oleh siapa-pun juga, kecuali "darah Yesus". Itupun jika orang tersebut mau bertobat dan meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Seorang pemuda tidak boleh melihat kehidupan dari segi kenikmatan sesaat saja, sebab masa sukar pasti datang, dan saat seperti itu tidak terelakkan. Ketajaman penglihatan akan semakin surut, begitu juga pendengaran dan nafsu makan, semua itu akan mengalami kemunduran. Sebelum ketidakberdayaan yang demikian menggerogoti masa mudamu, ingatlah kepada Tuhan dan ucapkanlah syukur atas semua kebaikan, pemeliharaan dan semua sarana yang bisa kita nikmati dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, ajakan untuk: mengingat Sang Pencipta, kata : 'memento Creatoris’ sangatlah tepat. Sebab apalah arti masa muda, yang sama dengan bunga yang mekar dipagi hari dan layu ketika hari sudah petang, jika tidak mengenal "Sang Pencipta". Sebab hanya bersama Dia, kita mengerti arti kehidupan dan dengan bimbingan Roh-Nya yang kudus kita dimampukan mengucap syukur (dipatau mandok mauliate). Dalam kerinduan untuk mengucap syukur, disitulah kita mengerti, bahwa masa muda itu sangat berarti, dan ucapan syukur kita harum dihadapan Tuhan. Mengenang kebangkitan Yesus Kristus melalui perayaaan paskah, juga merupakan salah satu cara untuk mengingat kebesaran Sang Pencipta melalui karyanya yang agung untuk mempersatukan Allah dan manusia.
Melatih diri dalam mengikuti ibadah secara teratur dan menjalin komunikasi yang baik secara pribadi dengan Allah sangat berguna dalam melewati masa-masa muda menuju kedewasaan hingga masa tua yang penuh tantangan. Saat mana derita dan sakit penyakit mulai mendera setiap orang.. Kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Susah senang, tawa dan tangis, itulah yang mengisi kehidupan manusia.

Seorang remaja harus membenahi diri sejak dini agar mampu mengerti kehendak Allah dalam perjalanan masa depannya. Mengundang Allah dalam kebersamaan ditengah-tengah keluarga, dan menjalin komunikasi yang baik diantara sesama anggota keluarga, Orangtua memegang peranan penting dalam mendewasakan Iman dan memelihara kesehatan jiwa maupun spiritual anak-anaknya. Demikian juga semua orang dan setiap pribadi harus menerima Yesus Kristus menjadi juru selamatnya.
Ingatlah penciptamu, berarti: selalu ada waktu untuk Tuhan. Ambil bagian dalam pelayanan ditengah-tengah gereja adalah kewajiban setiap umat percaya. Hal itu ditandai dengan ada senyum dihatiku, bukan terpaksa. Syalom ! Selamat melayani

"SEJARAH PAROKI RAWAK"

 
Paroki Rawak yang dulunya termasuk dalam wilayah pastoral Paroki Sekadau dengan luas wilayahnya kurang lebih 869, 7 kilometer persegi. Mengingat Paroki Sekadau wilayahnya terlalu luas, umatnya semakin bertambah setiap tahun, sedangkan tenaga imamnya sangatlah kurang, maka pada tahun 1990 pihak keuskupan Sanggau merasa perlu membuka Paroki baru. Bertitik tolak dari rencana dan penetapan pihak keuskupan yang saat itu dipimpin Mgr. Hieronimus Bumbun, OFM Cap, maka resmilah Paroki Rawak terbentuk yakni pada tanggal 1 Januari 1990. Sejak saat itu semua kegiatan pastoral sampai pada urusan administrasi Paroki mulai dipisahkan dari Paroki Sekadau.
Rawak (ibu kota Kecamatan Sekadau Hulu) yang direncanakan sebagai pusat Paroki belum memiliki sarana bangunan fisik seperti pastoran, aula Paroki dan kantor Paroki, yang ada hanya satu buah bangunan gereja yang didirikan pada tahun 1987. Untuk sementara pada tahun itu pastoran dan urusan administrasi Paroki (buku baptis, perkawinan, krisma, dll) masih menumpang pada gedung di Paroki Sekadau (tinggal di Sekadau). Pada tanggal 13 – 14 Oktober 1990 lewat rapat DPP yang saat itu dipimpin oleh pastor Bernardus Matani, CP, juga direstui serta disetujui oleh Uskup, disusunlah suatu rencana pendiri gedung aula Paroki dan lain-lain di Rawak. Saat itu pula pengumpulan biaya sampai pada persiapan pembangunan memakan waktu kurang lebih tujuh bulan yakni Mei 1991 sampai dengan Januari 1992 dan selesai pada tahun 1993.
Seiring dengan sudah dibangunnya sarana bagunan fisik khususnya di Rawak yang dipakai sebagai pusat paroki, maka pada tahun 1998/ 1999 pastoran dan semua urusan paroki yang semula masih numpang pada Paroki Sekadau mulai dipindahkan ke Rawak. Sampai sekarang segala urusan pastoral di pusatkan di Rawak.

Kisah Singkat Biografi Santo Gabriel “ Pelindung kaum Muda ”





Santo Gabriel Possenti, Pengaku Iman. Semasa kecilnya Gabriel dipanggil dengan nama Fransiskus, mengikuti nama Fransiskus Asisi, pelindung kotanya. Ia adalah anak bungsu seorang gubernur. Ibunya meninggal dunia ketika ia berumur 4 tahun. Teladan hidup ibunya sangat berpengaruh terutama dalam hal devosi kepada Bunda Maria. Sepeninggal ibunya yang terkasih itu, Bunda Maria menjadi tokoh pengganti yang sungguh dicintainya.

Pada umur 7 tahun, Fransiskus kecil telah diperkenankan untuk menerima Komuni Suci. Di sekolahnya ia dikenal sebagai seorang anak yang pintar, lucu dan suka berpakaian rapi. Ia juga menjadi seorang teman yang baik dan setia bagi kawan-kawannya. la selalu siap menolong kawan-kawannya, murah hati dan tidak biasa mengeluh apabila dihukum karena kesalahan teman-temannya. Sebagai siswa di Kolese serikat Yesus, ia tetap unggul dan terus memegang sebutan ‘Sang Juara’ dalam kelasnya. Karena pergaulannya yang ramah dan kelincahannya dalam berolah-raga, ia sangat disukai banyak orang.

Dalam mata pelajaran Kesusastraan, ia sangat pandai, terutama dalam Sastra Latin. la sangat mahir bersyair dalam bahasa Latin. Sebagai seorang penggemar Sastra, ia terkenal sebagai seorang pemain drama yang berbakat. Ketika duduk di kelas terakhir, ia diangkat sebagai Ketua Akademis para Siswa dan menjadi Prefek Kongregasi Maria. Sifatnya yang mengingini kesenangan-kesenangan duniawi masih tetap menonjol dalam praktek hidupnya. la suka membaca buku-buku roman, menonton sandiwara, berburu dan berdansa. Kehidupan rohani kurang diindahkannya.

Namun rencana Tuhan atas dirinya tampak jelas. Tuhan tetap membimbingnya. Pada saat Hari Raya Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 1855, diadakan perarakan patung Bunda Maria mengelilingi kota Spoleta. Uskup Agung kota Spoleta sendiri membawa patung itu. Ketika itu Fransiskus mendengar suara panggilan Bunda Maria: "Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk menjalani kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara". Fransiskus mendengar suara itu dengan takut. la merenungkan kata-kata Bunda Maria itu dengan hati terharu. Sejak saat itu tumbuhlah keinginannya untuk ma-suk biara. Dia tidak melamar masuk Serikat Yesus, tempat ia bersekolah, tetapi melamar masuk Kongregasi Imam-imam Passionis.

Di dalam Kongregasi Passionis inilah ia mengganti namanya dengan Gabriel. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasi Passionis. Namun kehidupannya di dalam biara ini tidak lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1862 di usia 24 tahun, setelah berhasil menempa dirinya menjadi seorang biarawan Passionis sejati. Selama berada dibiara, Gabriel sungguh menunjukkan ke-sungguhan dalam menata hidup rohaninya. Ia benar-benar mencintai Yesus Tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Devosi ke-pada Bunda Maria yang telah dilakukannya semenjak kecil terus dilakukannya hingga menjadikan hidupnya suci. Kesuciannya ternyata dari banyak mujizat yang terjadi pada setiap orang yang berdoa dengan perantaraannya. Gabriel menjadi seorang tokoh panutan bagi para kaum muda.